Jumat, 16 November 2007

Ma’alim fi-at-Tariq

1982, Kutemukan buku itu di sela-sela hamparan buku loakan di depan masjid kampus UNS. Lusuh tapi disampul dengan plastik mika. 1982, buku itu diterbitkan ketika aku belum lahir, tepatnya setahun sebelum kelahiranku. “Rambu-Rambu Jalan Bagi Orang yang Beriman” karya Sayid Qutb. Buku itu mengingatkan saya kepada kativis yang giat elakukan perubahan, buku yang memberikan banyak inspirasi. Judul asli buku tersebut adalah “Ma’alim fi-at-Tariq” karya besar Sayid Qutb ketika Mesir sedang dikuasai oleh Gamal Abdul Nasser. Aroma revolusioner berbasis tauhid sangat kental dalam buku itu, makanya Qutb pernah dipenjara gara-gara buku dan ide yang ditulisnya....(ctr)

intelektual bergeraklah

Pendidikan kerapkali melahirkan orang pintar tapi tak ada nyali. Itu yang mengantarkan para intelektual jadi budak kekuasaan dan kekuatan modal. Keduanya punya kemiripan: membuat penindasan jadi terasa berbau ilmiah. Tapi tak semua intelektual berkarir sebagai pengkhianat! Antonia Gramsci, Che Guevara, Rosa Luxemburg, Sayyid Qutb dan Ali Syariati: membangkitkan kembali spirit pergerakan dalam diri seorang intelektual. Mereka tidak sekedar melakukan analisis tetap terlibat dalam gerakan perlawanan. Ujung dari kehidupan mereka adalah kematian yang tragis. Batas pengorbanan mereka telah membuat posisi inelektual tidak lagi berjarak dengan penderitaan rakyat. Kita sekarang ini memerlukan tangan intelektual yang berani membasuh penderitaan dengan perlawanan. Buku ini hendak menuturkan kembali kisah perlawanan yang sekarang kian padam. Rakyat bukan sekedar butuh orang pintar tapi orang pintar yang berani menderita dan bersama-sama rakyat bertempur melawan penindasan. ( resist book) (Insert: Foto Sayid Qutb Saat di penjara)