Senin, 04 Agustus 2008

Mencari Indonesia

Menulis Indonesia berarti menulis diri kita sendiri. Bagaimana tidak, kita sudah bertahun-tahun hidup di Indonesia sekaligus mengikuti dan mengalami sendiri perkembangannya. Akan tetapi sebagian dari kita akan kesulitan mendefinisikan Indonesia yang kita kenal, dari mana Indonesia ini lahir, dan atas dasar apa Indonesia ini lahir. Karena itu sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk ‘menulis’kembali sejarah Indonesia atau paling tidak membaca ulang proses Indonesia menjadi bangsa merdeka seperti saat ini.

Membaca sejarah akan membuat kita merasa bangga dengan apa yang diperbuat oleh founding father bangsa ini. Merasa bangga karena kita dilahirkan dari ‘bapak dan ibu’ pejuang yang tidak kenal menyerah mempertahankan eksistensi kehidupan di buminya sendiri, tidak menyerah saat mereka ditindas dari berbagai segi. Lalu harapannya rasa bangga tersebut menyemangati kita untuk berbuat yang terbaik bagi negeri, dengan mengambil contoh dari bapak ibu kita di atas.

Umat Islam Indonesia akan merasa bangga jika mengetahui bahwa Islam datang ke Indonesia saat Rasulullah SAW masih hidup. Bukan seperti yang dikatakan oleh Snouck Hurgronje dengan Teori Gujaratnya. Snouck adalah seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam.

Umat Islam Indonesia juga akan merasa bangga jika mengetahui bahwa pendahulu-pendahulunya juga berperan besar dalam memperjuangkan bangsa. Lihat saja kelahiran Syarikat Dagang Islam (SDI) yang menandai kebangkitan nasionalisme, saat perdagangan pribumi terpinggirkan oleh kolonialisme, SDI menjadi wadah untuk bergerak membangkitkan ekonomi pribumi. Gerakan-gerakan Islam saat itu sangat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat karena langsung menyentuh solusi akar permasalahan.

Tokoh-tokoh Islam yang memperjuangkan bangsa ini juga patut dijadikan teladan bagi kita saat ini. Sebut saja, Bung Tomo,pencetus gerakan 10 Nopember itu ternyata mempunyai trik sendiri untuk membangkitkan semangat para pejuang saat itu, Ia meneriakkan pekikak Allahu Akbar dalam berbagai kesempatan dan mempunyai motto ‘merdeka atau mati syahid’ sebuah motto yang sangat mulia dan bervisi luar biasa. Juga M. Natsir seorang Perdana Menteri yang bersahaja dan mempunyai idealisme yang tinggi untuk memimpin bangsa ini. Pasca-merdeka, kita mengenal HAMKA, seorang ulama yang mempunyai dedikasi tinggi mempersembahkan ilmunya untuk kemajuan bangsa, meskipun ia sempat dipenjara tidak mematahkan semangatnya untuk terus berjuang.

mereka tidak membanggakan apa yang telah mereka lakukan, karena sadar keberhasilannya atau keistiqomahannya dalam berjuang bukan semata-mata karena usahanya sendiri. Hanya pertolongan Allah SWT jualah yang mengantarkan mereka menjadi pejuang yang berhasil. “Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhamad:7)