Kamis, 15 Mei 2008

IKHWANUL MUSLIMIN: GERAKAN ISLAM IDEAL

Membahas peta kekuatan politik Islam di Mesir tidak bisa lepas dari membincangkan gerakan Persaudaraan Islam atau Ikhwanul Muslimin (IM) yang didirikan oleh Asy-Syahid Hasan Albana hampir tujuh dekade lalu. Bahkan banyak gerakan Islam dunia, di Asia, Australia, Eropa, maupun Amerika, terinspirasi dari gerakan al-Ikhwan ini.

Tidak aneh jika kekuatan politik Barat yang sekuler melihat IM sebagai salah satu ganjalan terberatnya dan lewat berbagai konspirasi di medan nyata maupun media, mereka banyak melontarkan fitnah keji bahwa IM berada di balik semua aksi teror hingga kini.

Kemunculan gerakan IM tidak bisa lepas dari perjalanan dakwah Islam di dunia Arab itu sendiri, bukan hanya di Mesir. Ada rentang yang teramat jauh hingga menunjuk sekitar abad ke 700 Masehi atau tepatnya tahun 661 M di mana saat itu Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi khalifah pertama dalam apa yang sekarang kita kenal sebagai masa Dinasti Muawiyah.

Dunia Islam menyikapi naiknya Muawiyah sebagai khalifah dengan dua wajah yang saling bertentangan secara diametral: ada kelompok yang menolaknya dan ada pula yang menerima bulat-bulat.

Kelompok yang menolak kekhalifahan Muawiyah menganggap penguasa ini mendapat kekuasaan secara tidak sah. Walau demikian, kelompok yang anti ini juga terbagi dua yaitu mereka yang menolak dengan tegas dan telah menyusun perencanaan matang untuk meluruskan jalan kekhalifahan Islam, dan ada pula yang juga menolak namun mereka lebih memilih jalan aman yaitu melarikan diri kepada Islam ritual guna menghindari bentrokkan dengan penguasa. Yang terakhir ini antara lain diwakili oleh kalangan sufi atau tarekat-tarekat.

Kelompok kedua adalah mereka yang bisa menerima kekuasaan Muamiyah secara bulat. Kelompok yang beraliran politik ”Daripada-Mendingan” alias pragmatis ini beranggapan bahwa biapun Muawiyah jauh dari citra Islam politik yang sesungguhnya, tapi minimal Muawiyah bagaimana pun telah mempersatukan umat Islam di bawah sebuah negara yang berdaulat.

Kelompok yang terakhir ini juga melihat bahwa Muawiyah masih bisa dianggap sebagai cermin dari kekhalifahan Islam antara lain dia tidak melarang umat untuk meyakini rukun iman dan menjalankan rukun Islam yang lima. Hal ini melahirkan golongan umat Islam yang lebih khusyuk dengan hal-hal yang bersifat pribadi atau ubudiyah dan saat ini dikenal sebagai kelompok Islam tradisonal.

Kelompok pertama yang secara tegas ingin menjalankan syariat Islam secara kaffah, walau hal itu harus berhadapan dengan penguasa, secara terencana menyusun langkah demi langkah—marhalah dakwah—agar suatu saat nanti bisa membentuk sebuah pemerintahan yang lebih Islami. Cita-cita yang sedemikian jelas ini membuat banyak penguasa geram dan melakukan penumpasan terhadap tokoh-tokohnya.

Kelompok inilah yang menjadi cikal bakal gerakan Islam modern seperti halnya gerakan al-Ikhwan yang bermula di Mesir.

Kiprah Al-Ikhwan

Gerakan al-Ikhwan didirikan di kota kecil di pinggir terusan Suez bernama Ismailiyah, Mesir, oleh seorang guru yang menjalani kehidupannya dengan penuh kesederhanaan bernama Hasan al-Banna, bulan Maret 1928. Saat Albana mendirikan Ikhwan, sebenarnya dia baru lulus dari Darul Ulum, sebuah lembaga pendidikan guru di Kairo. Setelah lulus, Albana oleh pemerintah Mesir ditempatkan di Ismailiyah guna mengajar di sebuah sekolah lanjutan pertama.

Sebagai seorang ’kutu buku’ dan gemar mengamati perkembangan sejarah dan politik di Mesir dan juga Dunia Islam keseluruhan, Albana meyakini jika Islam-lah satu-satunya solusi bagi kemerdekaan sejati seorang manusia dan juga bangsa. Setiap hari Albana membincangkan hal ini, menularkan semangat keIslamannya kepada semua yang diajaknya bicara. Di kelas, Albana bukan sekadar seorang guru yang secara formal mengajarkan materi pelajaran secara kaku, namun dia dengan penuh kecintaan dan juga semangat berusaha dengan sekuat tenaga menanamkan kepada anak didiknya pemahanan yang lurus tentang Islam, yang berawal dari pemahaman yang benar tentang syahadatain.

Setelah mengajar, Albana sering berkunjung ke kedai-kedai kopi yang memang banyak bertebaran di Ismailiyah dan menjadi tempat berkumpulnya warga kota. Di tempat yang strategis ini, dirinya berdialog dengan siapa saja yang dijumpainya dan menyampaikan segala apa yang menjadi cita-citanya. Saat adzan bergema, Albana selalu berangkat ke masjid terdekat dan mendirikan solat bersama warga lainnya. Dakwahnya di kedai-kedai kopi ini sering dilakukan sampai malam hari sehingga lama-kelamaan banyak warga Ismailiyah yang mengenal Albana sebagai seorang yang pintar, berkepribadian hangat, murah senyum, dan shalih. Banyak warga kota yang menjadikan Albana sebagai tempat mencari nasehat atau solusi bagi permasalahan yang tengah dihadapinya.

Dakwah yang dilakukan Albana tidak hanya dilakukan di Ismailiyah, namun juga di kota-koa lainnya di seluruh negeri. Ini dilakukannya di saat liburan panjang di setiap musim panas. Albana selalu bepergian ke berbagai wilayah, kota maupun desa, dan menyampaikan dakwahnya. Walau telah dikenal sebagai seorang tokoh, namun kesederhanaan seorang Albana tidaklah luntur. Ketika bepergian ke luar daerah, Albana masih saja suka menumpang kendaraan umum.

Pernah satu ketika ada seorang ikhwah yang menjumpai Albana tengah naik kereta api kelas rakyat. Albana ditanya mengapa masih saja bepergian naik kereta rakyat. Dengan senyum yang begitu tulus, Albana menjawab bahwa dirinya naik kereta ini karena tidak ada lagi jenis kereta yang lebih sederhana dan murah. Jika saja ada kereta yang lebih murah, maka dirinya akan memilih menumpang kendaraan tersebut. Mendengar jawaban yang keluar dari hati yang penuh keikhlasan, sang ikhwah pun begitu terharu. Hal ini menjadikannya lebih bersemangat untuk tetap berjuang di jalan dakwah ini. Mungkin lain halnya jika sang Mursyid Aam ini menumpang sebuah mobil mewah atau kereta api kelas VIP. (ERAMUSLIM.COM)

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisan artikel di blog Anda bagus-bagus. Agar lebih bermanfaat lagi, Anda bisa lebih mempromosikan dan mempopulerkan artikel Anda di infoGue.com ke semua pembaca di seluruh Indonesia. Salam Blogger!
http://www.infogue.com/
http://agama.infogue.com/ikhwanul_muslimin_gerakan_islam_ideal

abu zainab mengatakan...

assalamu'alaikum ...
salam dari adik tingkat ... yang kebetulan jalan-jalan. ya antum mungkin gak kenal. tapi gak masalah to ...
jika berkenan titip sedikit komentar ...

tapi nanti ...

Anonim mengatakan...

Ya, ikhwanul muslimin merupakan sebuah gerakan islam modern awal yang memberikan warna baru terhadap sebuah upaya penegakan syariat dan pengembalian kekhilafahan islamiyah.
Namun, dalam perkembangannya, banyak sekali kita jumpai praktek-praktek IM yang mulai berubah dan tidak sejalan dengan gerakan awal IM. Justru semakin absurd, dan terlihat kurang kalau tidak dikatakan kehilangan greget. Namun demikian, IM tetaplah sebuah gerakan yang memiliki kebaikan yang lebih banyak daripada kekurangannya. Setidaknya hingga saat ini, dan menurut saya. Dan sebagai tambahan, mereka adalah golongan amilun sedangkan saya hanya golongan orang qoiduun. Sebagaimana gerakan dakwah islam yang ada, hampir tidak ada organisasi yang mampu konsisten sebagaimana perjuangan awalnya. Kita bisa lihat muhammadiyah, nu, persis, dll yang sudah mulai meninggalkan khittahnya. Dan masih banyak lagi organisasi gerkan islam lainnya. Saat ini, kekonsistensian manhaj gerakan bisa kita sematkan kepada Gerakan Tandzim Al QOidah yang konsisten di jalan jihad bil qital. memiliki strategi yang konkret yang kerapkali membakar hati-hati orang2 kafir meskipun hanya dengan sedikit pendukung, bila dibandingkan dengan gerakan lainnya. Selainnya kita bisa mencontoh HAMAS, yang kendatipun saat ini agak terkena arak demokrasi, namun mereka tetap konsisten di jalan Jihad bil qital. Duduknya mereka di parlemen tidak mensurutkan tangan dan dada mereka untuk mengangkat senjta dan kitab suci secara bersamaan. Mungkin, hanya satu yang membuat kita berasatu yaitu syahadatain. Selebihnya terlalu banyak hal yang sulit untuk disatukan. Meskipun demikian, kita yakin suatu saat nanti, kita akan bisa bersatu di bawah naungan khilafah rosyidah ala minhajin nubuwwah. amiin. wallahu a'lam.

abu zainab mengatakan...

assalamu'alaikum ...
istighfar ... ya membaca artikel copi dari "era muslim" yang nota bene adalah salah satu situs islam ... sedih melihat sebegitu jauhnya kebodohan melanda pemuda-pemuda islam ... bagaimana tidak sedih ... semangat yang membara yang tidak di imbangi pengetahuan hanya melahirkan tindakan-tindakan sembrono. Komentar-komentar yang tidak disertai ilmu, termasuk tulisan ini.
Sedikit kita kutip :
Kelompok kedua adalah mereka yang bisa menerima kekuasaan Muamiyah secara bulat. Kelompok yang beraliran politik ”Daripada-Mendingan” alias pragmatis ini beranggapan bahwa biapun Muawiyah jauh dari citra Islam politik yang sesungguhnya, tapi minimal Muawiyah bagaimana pun telah mempersatukan umat Islam di bawah sebuah negara yang berdaulat.

Kelompok yang terakhir ini juga melihat bahwa Muawiyah masih bisa dianggap sebagai cermin dari kekhalifahan Islam antara lain dia tidak melarang umat untuk meyakini rukun iman dan menjalankan rukun Islam yang lima. Hal ini melahirkan golongan umat Islam yang lebih khusyuk dengan hal-hal yang bersifat pribadi atau ubudiyah dan saat ini dikenal sebagai kelompok Islam tradisonal.

Jika mau meneliti sejarah lebih dalam ... kelompok yang dimaksud "daripada mendingan" di sini mencakup di dalamnya sahabat kibar, tabi'in kibar yang mengerti betul apa yang dikehendaki Rosululloh Solallohu 'alaihi wassalam ... ya ... orang-orang inikah yang dituduh tidak mau menjalankan islam yang kaffah. Dituduh islam yang lari.

Pembagian islam menjadi islam ritual dan islam lain sendiri adalah pembagian yang muncul dari orang-orang orientalis penjajah. Sedihnya dasar pemikiran merekalah yang notabene lebih mengagungkan rasio daripada wahyu yang justru dipakai oleh gerakan islam.

Sedikit nasihat dari saudaramu, sungguh tidak pantas memajang tulisan ini di blog anda ... tahukah anda ancaman bagi orang yang menyakiti sahabat Rosululloh.

Sedikit lagi ... saya tidak menyangsikan bagaimana peran Hassan Al Banna rahimahulloh begitu juga Sayyid Quthb rahimahulloh. Tapi amat disayangkan banyak orang yang tidak bisa membedakan ulama umat dan pemikir islam.

Sekali lagi mengagung-agungkan pemikiran mereka dan menganggap pemikirannya lebih baik daripada pemikiran sahabat rodiyallohu anh adalah sedikit dari penyimpangan

... saya ingatkan wahai saudaraku ... bagaimana islam yang selamat itu ... sebagaimana sabada Nabi Muhammad solallohu 'alaihi wassalam, yakni sebagaimana jalan beliau dan sahabatnya ridwanullohu ajma'in. Bukan jalannya Al-Banna maupun Quthb ... yang dipastikan selamat. Ayo marilah kita kembali meniti jalannya salafussholih ...
Jangan asal ... pelan saja tapi selamat ...


Salam hormat ...
wallohu a'lam
Adik kelas anda
wassalamu 'alaikum